Halaman

    Social Items

Resep Cake Pisang Dengan 5 Bahan Saja - Membuat cake pisang dengan 5 bahan saja? bisa banget. nih teman, salah satu resep cake pisang yang layak untuk anda coba dirumah. selain lebih hemat, untuk membuat cake pisang yang lembut dan empuk ini anda hanya memerlukan 5 bahan saja. terasa tak percaya ya, namun ini adalah salah satu inovasi dari resep cake pisang sederhana yang dapat dicoba oleh siapapun termasuk bagi pemula.

Untuk membuat cake pisang super enak ini anda hanya memerlukan 5 bahan saja seperti yang sudah kami katakan diatas. untuk bahan-bahan tersebut adalah pisang ambon, telur, gula pasir, tepung terigu protein sedang, dan metega saja. untuk resep cake pisang yang kali ini kita bagikan, kita tidak akan menggunakan bahan pengembang. maka untuk membuat adonan cake menjadi mekar dan naik kita akan memerlukan sedikit aksi kocok mengocok.

Untuk mengocok bahan bisa menggunakan mixer, namun jika anda ingin mencoba mengocoknya secara manual dengan pengocok spiral boleh-boleh saja. poin paling penting disini agar cake pisang dapat mengembang dengan sempurna adalah telur dan gula harus dikocok hingga benar-benar mengembang, kental dan berwarna pucat. biasanya kondisi seperti ini dikenal dengan sebutan ribbon stage, yang artinya saat alat pengocok di angkat maka adonan yang jatuh tidak akan langsung hilang lenyap melainkan masih meninggalkan pola berjejak di adonan selama beberapa detik.

Untuk menyiasatinya, agar telur dapat mengembang sempurna secara maksimal maka kita akan merendam telur sebentar di dalam air hangat suam kuku terlebih dahulu. hal ini bertujuan agar putih telur menjadi lebih encer dan akan cepat mengembang walaupun tanpa ada bahan pengembang sama sekali. selain mengocok adonan telur dan gula hingga kental dan benar-benar pekat, hal lain yang perlu anda perhatikan saat membuat cake pisang adalah saat proses mengaduk adonan. agar hasil maksimal gunakan teknik aduk balik dan teknik lipat ( folding ) dan lakukan secara perlahan untuk mencegah busa telur mencair.

Salah satu ciri khas cake pisang adalah bagian tengah cake pisang yeng terbelah. biasanya hal ini terjadi saat anda menggunakan bahan pengembang, nah ketika bahan pengembang mengangkat adonan naik dengan cepat, membuatnya terdesak ke atas sehingga permukaannya pun menjadi terbelah. nah, karena cake pisang empuk ini tidak menggunakan bahan pengembang, maka anda dapat menggunakan cara manual dengan cara mengiris permukaan cake menggunakan pisau tajam saat cake telah setengah matang. anda harus berhati-hati dalam melakukan hal ini, karena jika cake pisang terlalu lama diluar oven akan membuat cake tenggelam/bantat dan tidak mengembang dengan maksimal.

Cara membuat cake pisang denga 5 bahan saja tentunya sangat mudah dan praktis. untuk resep cake pisang yang kami bagikan dapat dibuat dengan menggunakan oven dan tidak menggunakan oven. cake pisang yang menggunakan oven sering disebut dengan Cake Pisang Panggang, Kue Pisang Panggang dan Bolu Pisang Panggang. sedangkan untuk cake pisang yang tidak menggunakan oven dan diproses dengan dikukus terkenal dengan sebutan Cake Pisang Kukus, Kue Pisang Kukus dan Bolu Pisang Kukus. nah, untuk anda yang berniat membuat cake pisang dengan 5 bahan saja ini dengan dikukus, anda tidak perlu mengiris bagian atas cake pisang ya. karena membuka kukusan ketika cake pisang setengah matang akan membuat uap air dalam kukusan berkurang dan membuat cake pisang enggan untuk mengembang.

Pisang ambon yang terkenal dapat disulap menjadi aneka cake seperti Banana Bread, Muffin, Pancake, Cookies, Brownies dan Cake Pisang ini merupakan salah satu bahan yang mudah ditemui dimana-dimana. tapi ingat, untuk hasil yang maksimal manis legitnya pilihlah pisang ambon yang benar-benar matang pekat. hal ini biasanya ditandai pisang akan memiliki aroma wangi menyengat yang khas dan tekstur pisang akan sedikit benyek dan lembut. oke deh, tak panjang lebar lagi ya, bagi anda yang ingin membuat Cake Pisang dengan menggunakan 5 bahan yang super enak silahkan disimak Bahan-bahan dan Cara Membuat Cake Pisang Praktis nya seperti berikut ini.

Resep Cake Pisang dan Cara Membuat

Resep Cake Pisang dan Cara Membuat

Bahan-bahan Cake Pisang :

  • Pisang ambon 120 gram ( sekitar 2 buah pisang ukuran sedang ) hancurkan dengan cara ditumbuk-tumbuk saja dengan garpu, jangan menghaluskan pisang dengan belnder karena tekstur pisang akan hilang.
  • Telur 2 butir
  • Gula pasir 50 gram
  • Tepung terigu protein sedang atau serba guna 100 gram
  • Mentega 60 gram ( lelehkan )

Cara Membuat Cake Pisang :

  1. Langkah awal siapkan oven, set disuhu 170 derajat celcius. siapkan loyang loaf ukuran 8x17x6 centi meter. lalu alasi permukaan loyang denga kertas baking, sisihkan.
  2. Selanjutnya rendam telur didalam air hangat suam kuku selama 2-3 menit. bertujuan agar putih telur menjadi encer sehingga dapat mengembang maksimal kala dikocok. pastikan air tidak panas ya, karena penggunaan air yang panas akan membuat telur menjadi matang.
  3. Setelah itu cairkan mentega dengan api yang sangat kecil, ingat ya teman jangan sampai anda mencairkan mentega hingga mendidih. karena mentega dapat matang sendiri dengan panci yang panas walaupun api kompor sudah dimatikan. tuang mentega cair ke dalam mangkuk yang agak besar, lalu diamkan hingga mentega agak mendingin.
  4. Selanjutnya Kocok telur yang sudah direndam di air hangat dan gula pasir. kocok dengan kecepatan rendah hingga adonan tercampur dengan baik, kemudian naikkan kecepatan mikser menjadi tinggi dan kocok hingga benar-benar mengembang, kental dan berwarna putih pucat.
  5. Masukkan pisang yang sudah dihancurkan tadi, aduk perlahan dengan teknik aduk balik hingga bahan benar-benar tercampur sempurna. masukkan tepung dengan cara diayak ke dalam adonan, lalu aduk adonan dengan spatula menggunakan teknik aduk balik. lakukan perlahan agar tidak banyak busa yang mencair. ini akan menghasilkan adonan yang kental dan pekat.
  6. Tuang 1/4 adonan kedalam mangkuk berisi mentega leleh, aduk perlahan hingga rata. masukkan sisa adonan ke dalam adonan mentega, aduk dengan teknik balik secara perlahan hingga tercampur rata.
  7. Tuang adonan ke dalam loyang yang sudah disiapkan, panggang selama 20 menit atau hingga permukaannya tampak mengeras dan kekuningan. keluarkan loyang yang berisi cake, lalu iris permukaan cake dengan pisau tajam. lakukan dengan cepat ya, lalu masukkan kembali cake ke dalam oven lalu panggang kembali selama 20 menit hingga cake matang. tes kematangan cake pisang dengan lidi, jika tidak ada adonan yang menempel berarti cake pisang telah matang.
  8. Terakhir keluarkan cake dari oven, diamkan cake hingga dingin, lepaskan kertas bakingnya, lalu potong-potong cake pisang sesuai selera.
  9. Resep Cake Pisang Dengan 5 Bahan Saja siap sajikan dengan teh hangat atau minuman lain sesuai selera.

Cara mencampur sebagian adonan dengan mentega leleh bertujuan untuk mempermudah mentega tercampur dengan baik didalam adonan. karena minyak cenderung gampang mengendap di dasar adonan dan sulit tercampur dengan adonan kala diaduk. oh ya, bagi anda para pemula yang baru belajar memasak kue/cake, mungkin anda dibuat bingung dengan teknik aduk balik ya? nah, untuk itu akan kami jelaskan. 

Cara teknik aduk balik atau teknik lipat adalah dengan pegang mangkuk dengan tangan kiri, lalu miringkan sedikit posisinya sehingga adonan berkumpul lebih banyak. kemudian dengan spatula ditangan kanan anda gerakkan spatula menyusuri tepi mangkuk ke bagian dasar adonan dan balikkan adonan. anda juga dapat melakukannya dengan membelah bagian tengah adonan dengan spatula hingga spatula mencapai dasar mangkuk dan balikkan adonannya. selama mengaduk, putar-putar posisi mangkuk dengan tangan kiri sehingga semua bagian adonan akan teraduk secara merata dan sempurna.

Nah itu dia Cara Membuat Cake Pisang menggunakan 5 bahan saja dengan cara dipanggang. cukup mudah bukan? selamat mencoba dan berkreasi sendiri dengan Resep Cake Pisang Dengan 5 Bahan Saja ini dirumah ya. buka juga informasi resep lainnya seperti Resep Cheese Cake Lumer Untuk Pemula yang akan sayang sekali bila terlewatkan. terimakasih sudah membuka harianresep.blogspot.com, semoga bermanfaat. sekian.

NB : anda juga dapat menambahkan aneka toping di atas cake pisang seperti potongan kacang almond, kismis, dan keju agar cake pisang anda semakin lezat dan cantik akan tampilannya. 

Resep Cake Pisang Dengan 5 Bahan Saja

Resep Membuat Otak-otak Ikan Bandeng - Otak-otak Ikan Bandeng merupakan salah satu kuliner Khas Gresik Jawa Timur yang cukup populer di Nusantara. bukan saja Nasi Krawu Khas Gresik yang melegenda, namun otak-otak ikan bandeng juga merupakan makanan kebanggaan bagi warga Kota Gresik. rasanya yang enak dan dengan sajian yang berbeda membuat otak-otak ikan bandeng memiliki keunikan tersendiri. untuk otak-otak ikan bandeng biasanya disajikan dengan aneka sambal nusantara seperti otak-otak ikan pada umumnya.

Misalnya seperti sambal kacang, sambal rawit, sambal terasi dan lain sebagainya. bila di kota Jakarta dan Kota Batam yang terkenal dengan otak-otak ikan tengirinya yang dibungkus dengan daun pisang. berbeda dengan otak-otak ikan bandeng khas gresik. karena otak-otak ikan bandeng goreng disajikan utuh satu ekor ikan bandeng yang dipisahkan antara daging dan durinya.

Menggunakan ikan bandeng yang segar dan kaya akan gizi membuat otak-otak ikan bandeng dicari banyak orang untuk dikonsumsi. entah itu sebagai lauk teman nasi dan sayuran lainnya, atau bisa juga disajikan sebagai camilan bersama Minuman Segar Khas Gresik Seperti Es Legen. ikan bandeng dengan rasa gurih yang dipadukan dengan isian otak-otak ikan bandeng yang pedas begitu nikmat dimulut. terasa enak dan lezat sekali, seakan tak ingin berhenti mengunyang ketika menikmati sajian otak-otak ikan bandeng.

Pada umumnya otak-otak itu adalah makanan serupa seperti siomay ikan tengiri yang dibungkus daun pisang lalu dimasak dengan cara dibakar diatas arang terlebih dahulu lalu disajikan dengan sambal kacang. namun berbeda kata otak-otak bagi masyarakat surabaya dan sekitarnya. karena arti otak-otak disana adalah panganan atau makanan olahan yang terbuat dari daging ikan bandeng yang di pisahkan dari durinya lalu dibumbui, dan di bungkus oleh kulit asli ikan bandeng itu sendiri. jika dilihat proses pembuatan otak-otak ikan bandeng khas Gresik Surabaya ini sangat unik ya?

Oh iya, perlu anda ketahui otak-otak ikan bandeng lembut gurih ini juga tak hanya populer di Gresik. karena di Banten otak-otak bandeng juga cukup diminati oleh masyarakat disana. namun disana bukan dikenal sebagai Otak-otak Ikan Bandeng atau Otak-otak Bandeng, namun dengan nama Ikan Bandeng Isi, Bandeng Isi Goreng, Sate Bandeng atau Sate Ikan Bandeng. yups, masing-masing daerah memiliki keunikan, sejarah dan cita rasa tersendiri, namun tetap sama-sama enak dan lezat loh. 

Nah, bagi anda yang mulai penasaran dan bertanya-tanya bagaimana sih Cara Membuat Otak-otak Ikan Bandeng Khas Gresik ini? jika begitu yuck disimak Bahan-bahan dan Cara Membuat nya seperti berikut ini. selamat mencoba :)

Resep Membuat Otak-otak Ikan Bandeng

Resep Membuat Otak-otak Ikan Bandeng

Bahan-bahan Otak-otak Bandeng :

  • Kelapa 75 gram ( diparut kasar, sangrai, lalu haluskan )
  • Ikan bandeng ukuran sedang 2 ekor
  • Telur 2 butir ( dikocok lepas )
  • Santan 3 sendok makan ( dari 1/4 butir kelapa ) bisa menggunakan santan instan
  • Garam 1 sendok teh
  • Gula pasir 1/2 sendok teh
  • Telur 2 butir ( dikocok lepas untuk pencelup )
  • Minyak goreng secukupnya ( digunakan untuk menggoreng )

Bumbu Halus Otak-otak :

  • Kemiri 4 butir ( sangrai )
  • Bawang merah 6 butir
  • Bawang putih 3 siung
  • Ketumbar bubuk 1/2 sendok teh
  • Jahe 2 centi meter

Cara Membuat Otak-otak Ikan Bandeng :

  1. Langkah awal bersihkan ikan bandeng, lalu keluarkan daging ikannya. pisahkan daging ikan dan durinya, sisihkan kulit ikan.
  2. Selanjutnya haluskan daging ikan bandeng, lalu tambahkan dengan bumbu halus, telur, kelapa sangrai, santan, garam, dan gula. aduk rata.
  3. Setelah itu masukkan daging ikan bandeng ke dalam kulit ikan bandeng hingga membentuk ikan lagi. jahit bagian ikan yang tebuka hingga rapih kembali.
  4. Kemudian kukus didalam pengukus dengan menggunakan api sedang selama kurang lebih 30 menit hingga matang.
  5. Terakhir celupkan ikan bandeng yang sudah dikukus ke dalam telur, lalu goreng didalam minyak yang banyak hingga matang dan berubah warna menjadi kecoklatan. angkat, tiriskan.
  6. Otak-otak Ikan Bandeng Gurih Crispy siap disajikan bersama sambal kacang atau sambal khas nusantara lainnya sesuai selera.

Tak butuh lama untuk membuat camilan gurih yang renyah diluar dan lembut di dalam seperti otak-otak ikan bandeng asli Gresik ini. karena cara membuatnya sangat mudah dan praktis sekali. hanya saja anda harus berhati-hati ketika menguliti dan memisahkan antara daging dan durinya, agar hasilnya cantik sempurna seperti wujud ikan bandeng original khas Ikan Bandeng Presto Goreng. kami ingatkan kembali jangan lupa pilih ikan bandeng yang masih segar dan fress ya. agar hasilnya enak, gurih, sedap dan tidak berbau amis.

Oke deh, selamat mencoba dan berkreasi sendiri dengan Resep Membuat Otak-otak Ikan Bandeng dirumah. semoga dengan adanya Resep Otak-otak Bandeng Praktis ini akan memudahkan anda menyajikan hidangan sehari-hari yang lezat nan unik disetiap harinya. buka juga resep menarik lainnya seperti Resep Membuat Cireng Isi Ayam Pedas yang sayang sekali bila anda lewatkan. tetap setia di blog sederhana kami harianresep.blogspot.com, karena masih banyak aneka resep menarik lainnya yang belum kami bagikan untuk anda. terimakasih sudah berkunjung, semoga resep-resep yang kami bagikan bermanfaat. sekian. 

Resep Membuat Otak-otak Ikan Bandeng



I was given 4 books to review.

This is the first book that I went through, Heavenly Fragrance: Cooking with Aromatic Asian Herbs, Fruits, Spices and Seasonings by Carol Selva Rajah. Carol has written a few books before and you might have seen a few of her books in bookstores.

Click to continue ..........

Plum Sauce Chicken Wings Baked in a Flash ~ Book Review n Giveaway

Sixty years ago, before he became a controversial figure in the field of psychiatry, Dr. Thomas S. Szasz co-authored an article for the Archives of Internal Medicine (now JAMA Internal Medicine) on “The Basic Models of the Doctor-Patient Relationship”, which is well worth reading today, particularly for those who believe that patient empowerment/engagement is a novel and disruptive innovation of our digital times. The paper is describing three distinct relationship models (i.e. active-passive, guidance-cooperation, mutual participation) and how they flow and morph into each other based on patient ability/preferences, physician characteristics, and illness circumstances. Dr. Szasz is addressing all the contemporary hot buttons of paternalistic doctors, patient values and shared decision making, but more important is the realization that doctor-patient relationships were a concept debated before most of us were born, in much the same way they are debated today.

Since Dr. Szasz made his contribution to the philosophy of medicine before hidden agendas and political correctness dictated how ideas are phrased, he was free to observe that “each of the three types of therapeutic relationship is entirely appropriate under certain circumstances and each is inappropriate under others”, without the compulsory need to assign blame to either the patient who prefers passivity or the physician who complements those preferences in “an interlocking integration of the sick and his healer”. And when a mismatch arises between the preferences of doctor and patient, the relationship is dissolved, “and so life goes on”. But the days of laissez-faire medicine are over, and today we feel compelled to define the, one and only, ideal physician-patient relationship.

As the managed care era descended upon us in the 1990s, Dr. Ezekiel Emanuel felt it necessary to define an aspirational goal for the ideal physician-patient relationship based on six fundamental components (the six C’s):
  1. Choice – For patients, this means choice of practice type and setting, choice of primary care physician, choice of specialist or facility for emergencies and special conditions, and choice among treatment alternatives.
  2. Competence – Physicians should stay up to date, have good technical and diagnostic skills, exhibit good clinical judgement and be cognizant of their own limitations.
  3. Communication – First, physicians should listen and understand symptoms, values, family, jobs and other health related patient concerns. Second, physicians should be able to explain the disease, the diagnosis, treatment alternatives and how those affect patient values, guiding patients through issues raised by their illness, while respecting patients’ preferences for how much they want to know.
  4. Compassion – This is about empathy and helping patients feel supported.
  5. Continuity – Here the paper recognizes that the “ideal physician-patient relationship requires a significant investment of time”, and that frequent changes of physicians undermines such relationship. It also acknowledges that “relationships that endure over time may be more efficient” both by helping doctors treat the patient in more appropriate manner and by fostering patient trust and confidence.
  6. (non) Conflict of interest – Personal and financial interests are emphasized, but the expectation seems to be that “a physician’s primary concern will be his or her patient’s well-being, even though physicians may have obligations that conflict”.
The remainder of his paper explores the many ways in which managed care is positioned to attack all six components, and concludes by stating that “the physician-patient relationship is the cornerstone for achieving, maintaining, and improving health”.

Dr. Emanuel’s definition of the doctor-patient relationship is very broad, and with a few minor additions and deletions, it can also serve as a definition for what we now call patient-centered care. Perhaps it is not by accident that the term “patient-centered medicine” was introduced into common parlance by Enid Balint, the wife and collaborator of Michael Balint who was one of the earliest researchers of the dynamics between doctors, patients and illnesses. Michael Balint went as far as to suggest that the doctor himself was actually a therapeutic “drug”, while Enid Balint envisioned the skills needed in the practice of patient-centered medicine to be “in the way that the doctor allows the patient to use him, rather than in the way the doctor responds to the patient by his interpretations and theories”.

Whereas the contemporary definition of the physician-patient relationship (and subsequently patient-centered care) consists of a rigid set of presumably ideal physician characteristics, the Balints, and to a certain extent Dr. Szasz, saw the physician as a tool to be personalized by each patient and further customized for each illness situation. It is difficult to imagine a more egalitarian or participatory relationship than this one. In fact, Dr. Emanuel’s six C’s can be seen as just one particular facet of the malleable relationship proposed by Enid Balint. In a perfect world, we would concentrate on creating an environment where physicians are able to allow themselves to be used by patients, and trust that good things will happen to both parties as a result.

But in our current world of ingrained distrust and defensive measurements, we feel compelled to digitize, tabulate, rank and rate the doctor-patient relationship, just like we measure everything else. First, the ubiquitous patient experience surveys provide a coarse measure of how patients experience the communications component of the relationship. It is interesting to note that patients are not asked about their preferences, but whether the “provider” did this or did that, presuming that this or that are what the patient wants the “provider” to do in all situations. Can we infer from a highly scored experience survey that the patient has a useful relationship with her doctor? Not really.

Then we have the periodic surveys asking patients to rank the importance of physician attributes, which always include physician compassion and communication patterns, but rarely other components of Dr. Emanuel’s six C’s, and never the chameleon abilities proposed by Ms. Balint. The presumed intent here is to impress upon physicians that they should focus on the highest ranked attributes of the relationship because they matter more often to more people. Some researchers went as far as to define frameworks for measuring the relationship itself, and formal screening instruments to score it from a patient perspective. Those tools seem a bit more pertinent since the questions are about the patient and her perceptions, instead of inquiries about sanctioned physician activities, and because no assumptions are being made regarding the “right” kind of relationship (a Dutch example is depicted below).


Perhaps a combination of the former and the latter, along with objective information, such as assessment of choice, conflict of interest and competency, can get us closer to a meaningful measure of the doctor-patient relationship. Careful analysis of result sets would allow us to answer two basic questions: are patients getting what they value most, and are those fortunate enough to have the relationship they desire experiencing better medical outcomes. Examining the characteristics of both patients and doctors, could yield actionable insights into optimal practice models. Strangely though, in spite of the billions of dollars spent on “patient-centered” research to date, I am not aware of any such study, or serious attempts at anything remotely similar. One can only wonder why.

Although there is ample rhetoric about the doctor-patient relationship and patient-centered everything, much of what we do in health care today is in stark contradiction to Dr. Emanuel’s ideal six C’s, not to mention the revolutionary ideas of the Balints. Patient choice is being curtailed by a bewildering array of narrow network health plans and wholesale clinical decisions made by corporate CEOs. Competence is being redefined to include care provided by non-physicians, non-clinicians, and algorithmic software. Continuity of care is being discouraged in favor of cheapness, convenience and continuity of medical records, while conflict of interest is inherent in all so called value-based arrangements. Compassion has been scripted by marketers, and communication, precisely codified for the eclectic, self-managing, highly educated, financially secure, and largely healthy, patient segment, has become the second most important factor defining the interaction between patients and the health system. The premier factor is of course, access to all of the above.

I don’t think I can agree with Dr. Emanuel’s opinion that the physician-patient relationship is the “cornerstone” of health, but it might very well be the cornerstone of healing. I don’t know how healing the sick affects the myriad measures we are currently collecting, reporting and analyzing with such zest. Some argue that a satisfactory doctor-patient relationship is conducive to patient adherence, increased ability for self-management, and decreased utilization of hospitals and emergency services. If these assertions are even partially true, then the doctor-patient relationship has serious implications for the most important aspect of health care in this country: money. And as such, defining, supporting, and, yes, formally measuring and analyzing the doctor-patient relationship may present a rare confluence of interests between corporate greed and basic human dignity.

Measuring the Doctor-Patient Relationship


This kuih goes by many names

Kuih Ketayap
Kuih Dadar
Kuih Gulung
and my ex students from Selancar calls them kuih hijau

Malaysian school's home science textbooks calls this kuih ketayap.
Period.


Click to continue ..........

Kuih Ketayap


In Malaysian kuih, this filling is one of the basics.

It is used in various types of kuih, so many that I can't name them all.
Besides in kuih, we also find this filling in buns.


Click to continue ..........

Sweet Coconut Filling