Halaman

    Social Items

Home / All Post
Resep Membuat Selai Mangga Homemade - Selai mangga merupakan salah satu olahan yang terbuat dari buah mangga segar. Rasanya yang manis dengan citarasa sedikit asam membuat mangga disukai orang banyak. Mangga merupakan buah serba guna, kenapa begitu? Karena dari buah mangga yang masih muda sampai yang matang dapat diolah menjadi camilan atau makanan yang enak. 

Maka tak aneh lagi bila mangga menjadi salah satu komoditi buah yang sangat unggul di Indonesia. Walaupun kadang-kadang komoditi ini harganya sering naik turun dipasaran. Ini terjadi karena musim yang tidak terlalu jelas, dari banyak pengamatan pohon mangga ini akan menjadi mahal ketika musim panennya dipertengahan musim kemarau. 

Sedangkan jika panennya mendekati musim hujan, maka harga mangga pun akan turun drastis. Dengan ini solusi terbaik adalah mengolah mangga menjadi sebuah makanan yang dapat dijajakan dengan harga yang lumayan. Misalnya mangga muda, mangga muda yang biasanya menjadi incaran para ibu hamil yang sedang nyidam ini paling enak dibuat rujak buah serut atau lutis. Rasanya yang asam sungguh membuat kesegaran yang luar biasa pada rujak.

Selain itu, mangga muda yang belum matang juga dapat diolah menjadi camilan lezat seperti manisan mangga, kripik mangga, stik mangga dan sambal mangga yang biasanya disajikan bersama ikan bakar ataupun masakan lainnya. Sedangkan untuk buah mangga yang sudah matang biasanya diolah atau di fermentasikan menjadi panganan yang unik. Misalnya menjadi Resep Membuat Yogurt Rasa Mangga Enak atau selai mangga seperti resep yang akan kami bagikan untuk anda.

Selai mangga dengan rasa manis mangga yang khas sering dipakai sebagai olesan roti tawar, isian roti isi serta roti sobek. Terkadang juga digunakan sebagai toping pizza buah, waffle, aneka cake dan kue kering seperti kue nastar. Walaupun banyak aneka selai buah yang beredaran diluaran seperti selai srikaya, selai coklat, selai kacang, selai strawberry, selai durian, selai nanas, selai anggur, selai buah naga, selai blueberry dan aneka olahan selai buah lainnya. Namun selai mangga menjadi favorit bagi banyak orang.

Selai mangga biasanya dijual instan siap pakai dengan kemasan plastik, cup serta jar atau botol kecil. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp 10.000,- hingga Rp 25.000,-. Harga tergantung isian selai mangga sendiri serta merek atau brand yang digunakan. Walaupun praktis siap santap, sayangnya selai yang dijual diluaran itu mengandung bahan pengawet.

Dan itu akan berdampak tidak baik bagi kesehatan bisa dikonsumsi secara terus menerus. Dengan ini kami sarankan agar anda menyisikan sedikit waktu untuk meluangkan waktu membuat selai mangga sendiri dirumah. Manfaat selai mangga rumahan adalah lebih sehat karena tanpa bahan pengawet serta keluarga pun disajikan selai yang dibuat dari buah segar fress jadi lebih enak dan higienis.

Cara membuat selai mangga tentu saja sangat mudah dan praktis. Anda tak akan kesulitan untuk membuatnya, bahkan bagi pemula atau ibu muda yang baru belajar memasak dab baru masuk dapur sekalipun. karena kami akan bagikan Bahan-bahan dan Cara Membuat Selai Mangga Homemade untuk membantu anda membuatnya sendiri langsung dari dapur tercinta. Berikut resep selai buah manggnya, cekidot!!

Resep Membuat Selai Mangga Homemade

Resep Membuat Selai Mangga Homemade

Bahan-bahan Selai :

  • Daging buah mangga matang 1.250 gram (haluskan)
  • Air 150 mili liter
  • Gula pasir 400 gram
  • Garam 1/4 sendok teh

Cara Membuat Selai Mangga Rumahan :

  1. Langkah awal masak daging buah mangga bersama air dan garam sambil diaduk hingga meletup-letup.
  2. Setelah itu masukkan gula pasir, aduk sampai mengental. Angkat.
  3. Selagi hangat, simpan selai dalam wadah kedap udara atau tertutup.
  4. Selai mangga pun siap dinikmati sebagai bahan oles makanan yang anda sukai.

Resep membuat selai ini dibuat untuk 725 gram selai. Bagaimana resep dan cara membuat selai mangga ini, mudah bukan? Walaupun mudah, kami akan memberikan beberapa tips membuat selai untuk anda agar selai mangga yang anda buat enak dan lezat sempurna. Berikut tipsnya, simak yaa!!

Tips Membuat Selai (Berlaku Untuk Selai Buah Lainnya) :

  1. Pertama, yang harus anda lakukan adalah memilih buah segar. Pilihlah buah yang aromanya tercium kuat agar selai menjadi harum khas buah tesebut. 
  2. Lalu anda dapat menambahkan kayu manis sebagai tambahan aroma pada selai mangga.
  3. Tips berikutnya adalah jangan memblender buah. Kenapa? jawabannya adalah karena jika diblender buah akan membutuhkan air tambahan yang dapat memperlambat proses memasak. kecuali bila buah yang akan digunakan sangat kering dan tidak memiliki banyak sari buah, diblender saja tak apa.
  4. Tips membuat selai untuk buah nanas, anda dapat menambahkan sedikit garam agar rasa nanas semakin enak dan gurih. Untuk buah strawberry dapat ditambahkan perasaan air jeruk nipis kedalam air rebusannya.
  5. Untuk menyimpan selai, pastikan toples kaca yang digunakan dengan tutup stainless steel yang sudah disterilisasi. Tutup toples selai rapat-rapat dan simpan ke dalam kulkas atau lemari pendingin agar kualitas selai dapat terjaga selama tiga bulan kedapan walaupun tanpa bahan pengawet sama sekali.

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai Resep Membuat Selai Mangga Homemade. Silahkan nikmati selai mangga anda bersama makanan pilihan yang anda sukai. Membuat selai sendiri di rumah ternyata tidak susah ya? Dari pada membeli selai siap pakai, lebih baik membuat selai homemade agar rasa dan kualitasnya terjamin sehat. Iya tidak?

Jangan lewatkan resep terbaru kami seperti Resep Membuat Sosis Sapi Ayam Sehat Sendiri. Terimakasih sudah membuka Resep Membuat Selai Mangga Homemade, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Tunggu resep menarik lainnya dari harianresep.blogspot.com. See you :)

Resep Membuat Selai Mangga Homemade

Earlier this year, KSDK NewsChannel 5 produced a prime time special as part of the health initiative with the Regional Health Commission.  The program featured on-air interviews with Dr. Tiffany Anderson (Superintendent of Jennings School District) and Dr. Heidi Miller (physician at Family Care Health Centers), as well as pre-produced Alive and Well STL news segments, which have aired at various times since August 2015.  It was hosted by KSDK anchors Nichole Berlie and Art Holliday.

Watch the full prime time Alive and Well STL special here.

Alive and Well STL hits prime time!

For decades and decades we have been counting the number of doctors in America. For decades and decades we have been coming up short compared to other developed nations, and some less developed ones as well. A poorly educated person may be tempted to suggest that we should “make” more doctors. After all, there is hardly a shortage of young people willing and able to undergo the rigors of a medical education. But luckily we are not poorly educated, so we devised much smarter solutions. If people can’t get a doctor appointment, it must be the doctor’s fault. Hence, we put our foot down and mandated that doctors see people the same day they want to be seen, or shortly thereafter. It sounds great and it worked perfectly for the Veterans Administration (VA), so it should scale terrifically to everybody else.

Taking a page from the highly respected Samuel Hahnemann, we decreed that physically “seeing” an actual doctor is not only completely unnecessary, but it may very well be detrimental to the healing process. A doctor effect is created by simply having an MD somewhere in the building, and as technology continues to improve, a virtual doctor presence should do the trick. Some have argued that Mr. Hahnemann’s homeopathic fantasy is no better than a placebo, but we have plenty of research showing that placebos are indeed effective. More importantly, unlike Mr. Hahnemann’s distilled water base, our technology solvent is very potent on its own merits. Imagine how successful homeopathy could have been if they used whiskey to dilute whatever the hell they are diluting.

As infallible as our highly educated reasoning may be, there is resistance to its widespread adoption, both from rich doctors who don’t want to see their gravy train derailed, and from simple minded herds of patients who are failing to grasp the infinite power of virtualization. We certainly can move, and are moving, forward with our powerful solution, but it would be easier and more humane, for all parties involved, if the barriers to change could be swiftly eliminated.

Barrier One: Our Doctors

The anachronistic habituation of people to seek help from a doctor when experiencing physical, and sometimes mental, pain and anguish, is perhaps the toughest problem we are facing. There is a bilateral dependency between physicians and patients which must be disrupted. People who tend to the sick and people who are sick refer to this phenomenon as the “patient-doctor relationship”. Our most immediate task is to impress upon the uneducated masses we are protecting that this relationship is one of abuse, exploitation and misplaced trust in professional conmen (and women). Hundreds of thousands of doctors may be scoffing dismissively right now, and as they do, we are half way there already.

The art of the smear goes by the name of “news” or “research” in our instantly connected tabloid society. In a country with a million degreed physicians it is easy to find a rapist, an arsonist, a thief, a drug dealer, a murderer, or any other criminal individual, who happens to be a doctor. Once we find those individuals, the hyperjump to general statements about a group of people is easy peasy, as long as our grouping of people is not along gender, race, ethnicity, religion or sexual orientation lines (except white men who are fair game).

The formula is deceptively simple: find a handful of criminal doctors, write a big exposé about doctors and pepper it with sex, money and drugs stories, add instructions on when to call the police “for, say, sexual or physical abuse”, package it all in a not-for-profit (previously) respected container, and wrap the whole thing in menacing pictures with menacing headlines (preferably all caps, large red font), such as “DOCTOR COULD HURT YOU”. And then you reinforce the message with a constant barrage of civic minded initiatives to address the fear you want to create. We must measure and rate doctors. We must have more transparency. We must improve care, or rather the experience of care (subtle, but big difference). We must take back control over our own health (from those overbearing, overentitled, perhaps criminal, money grubbing doctors).

Will it work? Can an irresponsible and sleazy messaging campaign in service of greed and avarice, overcome centuries of earned trust? It will take time, but look at the “truths” that became “evident” over time. Our teachers are incompetent. Labor unions are destroying our way of life. Police officers are racist murderers. And since the “democratic” election season is upon us, Bernie Sanders is a sexist communist like Guevara or Castro, and Donald Trump is a sexist fascist like Mussolini or Hitler. All you need is a concerted and sustained effort of money and media (a.k.a. “New York values”), which contrary to another artificially generated truism are not controlled by “the Jews”, but are run by a global cartel of egomaniacal sorry excuses for human beings.

Barrier Two: Our Expectations

Over the last hundred years or so, medicine has achieved almost miraculous success and in the process it changed our expectations. We expect to have malfunctioning organs replaced. We expect to not die of HIV and other infections. We expect to live free of pain and even free of wrinkles. We expect tiny babies that fit in the palm of our hand to grow up and go to college. We expect many cancers to be cured. We expect crushed bones, open arteries and charred skin to be fixed. And we expect to have a “good doctor” for all of the above.

These expectations, prevalent throughout affluent Western societies, pose a huge problem for the global money cartel. The Earth is flat, you see, and there are billions of people in this world who have no such expectations, billions of people who produce the finest iPhones, the trendiest footwear, the fanciest apparel, every single computer in the world, and are grateful for the privilege. If this mass of third world laborers begins to develop similar medical expectations, financial calamity is sure to rise from the Earth's flatness all the way up to Mount Davos. It is therefore imperative to reduce medicine to something free or nearly free that can be easily distributed across the scorched plains of humanity.

This is where our technology solution comes in. Google is dreaming of connectivity balloons while Facebook prefers drones as the means to connect billions of laborers to the mobile virtual reality we all partake in. Having Google makes you feel educated and well informed. Having Facebook makes you feel connected, important and well liked. Having virtualized health care will make you feel healthy and well cared for. And it’s all free, infinitely abundant and available equally to all, regardless of socioeconomic condition.  The Internet is your friend, your confidant, your teacher, your counsel, your entertainer, and now it will be your doctor, because the Internet knows you better than you know yourself, is there for you when no one else is, misses you terribly when you stay away, and cares for you as nobody cared for you before. The Internet is you.

You are controlling your information, your social interactions, your opinions, your shopping, your wealth (or lack thereof), and now you should take control of your health (or lack thereof). You can bank with the Internet without tellers and financial advisors, you can buy stuff without cashiers and sales associates, you can learn without teachers, you can fix a toilet without plumbers, you can manage your business without accountants, and you will manage your health without doctors. You will have all the tools at your fingertips in the comfort of your home (or trailer, or hut, or sidewalk under a bridge). You will no longer face the inconvenience and outright danger of going to an antiquated, flawed, rude and dishonest doctor. You will get health services that you and the Internet value most, and much, much more, because less is always more.

Barrier Three: Their Technology

As the two previous barriers are disintegrating before our eyes (or screens), we have one last barrier that is painfully real. We don’t have the technology to hack the doctors. We are certainly talking up a big game while scrambling to put something together that at least looks at first glance like the real McCoy. We talk about tricorders and artificial intelligence. We talk about deep machine learning and veritable oceans of omniscient data. We talk a lot about robots, genomes, bloodless tests and iPhones that deliver intensive medical care. But we have no idea how to mix the doctor solute into the virtual technology solvent to generate the coveted solution we put forward as fait accompli.

Technology in its current state cannot absorb and distill, let alone replicate, highly variable processes that lack both a clear starting point and a predefined endpoint. We don’t know what we don’t know, and in spite of flowery rhetoric, computers can only perform, and can indeed improve upon, tasks we fully understand and are able to precisely codify down to the most minute detail. Simply put, without an atomic level understanding of clinical decision making, we cannot dilute the doctor over and over again, until there is no visible trace of human physicians in our high tech brew of health care. We can however abstract a coarse approximation of relatively straightforward scenarios at the low risk end of the clinical spectrum, and advertise aggressively that the Southwest Airlines or its evil younger cousin Uber of medicine has arrived.

Here is the watershed event to watch for: the first FDA approved app that will diagnose, prescribe and deliver medications to your house by secure drone. It may initially be confined to over the counter stuff, but once that is mainstreamed, simple meds like antibiotics, high end antacids, allergy pills and such, will certainly follow. Next up will be staples such as simvastatin, Lisinopril and metformin, first the renewals and then a slew of new diagnoses of pre-this and pre-that. At the high end of disease, “precision” medicine will isolate one or two rare scenarios that affect one in a million people, script them and execute them flawlessly once or twice without physician intervention. Then we declare victory and spread the gospel to every $5 mobile phone from Guizhou province to the Appalachian Mountains to the banks of the Ganges river.

Médecine sans Médecins

There is no doubt in my mind that we shall overcome the first two barriers at very short order. There is no doubt in my mind that even if we fail to hack doctors in the abstract sense, we will be hacking the medical profession to pieces in the most physical sense. And there should be no doubt in anybody’s mind that whatever these cheap hacks are doing to our health care, the effects will not be apparent for decades, and even then the results will be attributed to the inevitability of external factors such as cultural change, climate change, famine, wars, migrations, solar flares, or random disturbances in the Force. Three centuries later, it looks like John Dryden had it right after all, and “God never made his Work, for Man to mend.”

Hacking Doctors… to Pieces

Resep Tteokbokki, Kue Beras Korea Pedas - Ngomongin camilan, siapa sih yang ngga suka dengan makanan ringan yang satu ini? Bernama Tteokbokki, yang merupakan panganan korean spicy rice cakes yang kini mulai digandrungi banyak orang khususnya di Indonesia. Munculnya k-pop dan drama korea menjadikan Tteokbokki Korea semakin populer di Indonesia. Padahal untuk rasa Tteokbokki ini tak kalah enak dengan Resep Membuat Olos Khas Tegal yang merupakan camilan tradisonal Khas Tegal.

Korea memang memiliki kuliner yang unik, dengan ini tak aneh lagi bila sekarang banyak restauran yang menyajikan menu masakan Korea. Seperti Bibimbap, Mie Ramen, Shusi dan kimchi yang merupakan panganan hasil fermentasi sayuran. Sayuran yang digunakan untuk membuat kimchi adalah lobak, sawi, wortel, timun dan lain sebagainya. Kimchi biasanya disajikan begitu saja, namun kini kimchi sering dikreasikan didalam masakan ala korea seperti nasi goreng kimchi dan mie ramen kimchi.

Lanjut ke Tteokbokki, kata Tteokbokki ini berasal dari kata Tteok yang memiliki arti rice caka korea atau kue beras yang dimasak dengan menggunakan bumbu gochujang. Bumbu Gochujang ini merupakan pasta sambal khas korea yang sering digunakan untuk membuat masakan ala korea. Anda dapat mencari gochujang asli korea di supermarket atau swalayan terdekat. Namun sayangnya saus gochujang ini banyak yang tidak memiliki label halal, maka hati-hati ketika mencarinya.

Jadi agar lebih aman untuk membuat Tteokbokki halal, dalam Resep Tteokbokki ini kita meracik bumbu gochujang sendiri yang terbuat dari aneka bumbu dapur. Resep Gochujang Rumahan cukup sederhana, kita hanya memerlurkan bahan-bahan yang sama ketika akan membuat saus pedas asam manis. Seperti cabai merah keriting, bawang merah, bawang putih, kecap manis, saus cabe, garam, gula serta air putih. Cukup sederhana, namun saus gochujang homemade ini tak kalah enaknya dengan saus gochujang korea original.

Tteok yang merupakan kue beras korea selain dimasak dengan bumbu saus pedas, tteok ini juga enak bila dikreasikan dimakanan atau camilan lainnya. Seperti es serut kacang merah korea yang disebut dengan Patbingsu. Kue beras korea ini merupakan salah satu bahan utama untuk membuat Patbingsu korea asli yang enak dan segar. Patbingsu dengan bentuk isian yang diberi buah-buahan segar cocok untuk dijadikan salah satu menu takjil ketika bulan puasa tiba.

Jika dilihat sekilas tteok alias kue beras Korea ini hampir sama dengan olahan dimsum siomay dan cilok tanpa campuran ikan tengiri dan daging. Teksturnya empuk dan kenyal, cocok untuk anda yang suka camilan enak dan pedas. Nah, bagi anda yang penasaran akan Tteokbokki berikut akan kami ulas Bahan-bahan dan Cara Membuat Tteokbokki Korea Homemade yang gampang dan simpel untuk dipratekkan dirumah. 

Resep Tteokbokki dan Cara Membuatnya

Resep Tteokbokki dan Cara Membuatnya

Bahan-bahan Tteok (rice caka korea atau kue beras) :

  • Tepung beras 7 sendok makan
  • Tepung tapioka 2 sendok makan
  • Garam 1/4 sendok teh
  • Air panas 1/4 cup

Bahan Saus Gochujang :

  • Cabai merah keriting 10 buah (cabe setan, super pedes)
  • Bawang merah 4 siung
  • Bawang putih 2 siung
  • Kecap manis 1 sendok makan
  • Saus cabai botolan 2 sendok makan
  • Garam sejumput atau secukupnya
  • Gula sejumput atau secukupnya
  • Air putih 1/2 cup

Bahan Pelengkap Sebagai Taburan/Toping :

  • Wijen putih (sangrai) secukupnya
  • Daun bawang 1 lembar (iris halus)

Cara Membuat Tteok (Kue Beras) :

  1. Langkah awal campur tepung beras dengan tepung tapioka dan garam menjadi satu. Masukkan sedikit demi sedikit air panas sambil diuleni hingga kalis. 
  2. Setelah itu bentuk adonan lonjong atau memanjang kecil-kecil, kemudian rebus dalam air yang sudah mendidih hingga terapung. Angkat, lalu tiriskan.

Cara Membuat Gochujang Tteokbokki :

  1. Pertama-tama haluskan bawang merah, bawang putih dan cabai, kemudian tumis dengan menggunakan margarin. Tumis hingga tercium aroma sedap lalu beri garam dan gula.
  2. Selanjutnya masukkan kecap, saus serta air putih lalu tumis hingga air menyusut.
  3. Masukkan tteok yang sudah dibuat tadi kedalam saus. Tumis sebentar hingga bumbu merata, angkat.
  4. Siapkan piring saji, tteokbokki siap untuk disajikan selagi hangat lengkap dengan wijen sangrai dan irisan daun bawang.

Untuk hasil Tteokbokki komplit ala restauran anda dapat menambahkan bahan-bahan lainnya yang dapat menunjang rasa sang Tteokbokki. Misalnya seperti bawang bombay, jamur shitake kering, wortel, cabai hijau, telur, keju dan lain sebagainya. Walaupun ini merupakan Resep Tteokbokki sederhana dengan menggunakan bumbu yang sesuai dengan lidah orang Indonesia. Namun untuk rasanya super endesss loh, enak dan tentu saja super pedas.

Nah, bagi anda yang ngerasa Tteokbokki ini kurang pedas, silahkan tambahkan cabai merah, rawit atau hijau sesuai selera. Terimakasih sudah membuka harianresep.blogspot.com, buka juga resep lezat lainnya dari kami seperti Resep Membuat Abon Cabai Udang Pedas yang layak untuk dicoba. Sampai bertemu diresep terbaru berikutnya, semoga Resep Tteokbokki, Kue Beras Korea Pedas bermanfaat.

Resep Tteokbokki, Kue Beras Korea Pedas

Subscribe to: Posts (Atom)